Disini
ku menunggu jawaban yang belum pasti, jawaban yang bisa melambungkan asa ke
langit tertinggi atau menjatuhkan harga diri ke jurang terdalam. Tak pernah ada
yang menginginkan untuk ditolak, atau merasa terbuang. Tapi beginilah hidup,
siapa yang tahu. Mungkin pernah kita berharap untuk memutar waktu, atau menarik
kata-kata yang telah terucap. Terkadang kita menyesali;
mengapa-kita-menyianyiakan-seseorang-yang-pernah-begitu-perduli ketika orang
tersebut telah pergi. Sekedar pergi untuk menjauh, atau pergi dan benar-benar
meninggalkan kita, sementara atau selamanya. Tapi inilah hidup. Waktu yang
telah berlalu tak dapat diputar, ucapan yang terlontar tak dapat ditarik
kembali.
Kembali
ke menunggu jawaban. Jawaban "ya" atau "tidak" nyatanya dapat
mengubah hidupmu 180 derajat. Dapat membuat hati berbunga, atau ternyata
menoreh luka yang amat dalam. Tapi itulah jawaban dari mulut dan hati manusia.
Hanya jawaban Tuhanku lah yang paling pasti. Mungkin hingga saat ini ada dua
pertanyaanku yang belum dijawab Tuhan, "Tuhan, siapa jodohku?" dan
"Tuhan, kapan aku akan mati?".
Memupuk asa dalam penantian panjang
tidaklah mudah. Apalagi saat kamu tak punya kawan untuk
bercerita. Aku sudah cerita padaNya, tetapi aku butuh saran. Bukan berarti aku
meragukan jawaban-Nya, tetapi aku butuh pandangan dari sisi lain. Alam mungkin
kan menjadi tempatku bercerita menumpahkan duka lara walau tak jau berikan
jawabannya. Angin laut menerpa muka, saat aku berteriak sekencang-kencangnya, menumpahkan
emosi jiwa dan raga. Tuhan, jika aku telah lelah menjalani hidup, akankah Kau marah?
a random post (again), based on a friend's story.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar