Cinta
Pertama. Dua kata sederhana yang ternyata dapat menentukan kisah hidup
seseorang di masa yang akan datang. Cinta pertama dapat menjadi awal yang baik,
tapi tak menutup kemungkinan merupakan awal yang buruk pula. Tidak ada orang
yang dapat melupakan kisah cinta pertamanya. Berhasil maupun tidak, cinta
pertama tidak akan pernah bias untuk dilupakan.
Menghapus
seseorang dari dalam memori tidaklah mudah. Apalagi, cinta pertama. Begitu
banyak kenangan yang dapat diingat pada cinta pertama. Entah dari fisiknya,
kebiasaannya, kegemarannya, atau apapun. Cinta pertama biasa dialami oleh
pelajar pada sekolah menengah, maupun sekolah dasar. Yang orang bilang hanya
“cinta monyet”, ternyata dapat terkenang seumur hidupnya. Jarang sekali ada
orang yang berhasil dengan cinta pertamanya. Karena itu semua, masih dalam
tahap coba-coba. Beralih dari cinta pertama, akan kita temui cinta kedua,
ketiga, dan seterusnya. Tetapi, mengapa yang popular hanya istilah cinta
pertama? (dengan cinta terakhir juga, mungkin). Kadang kita memang sudah tahu
siapa cinta pertama kita, tetapi, kita jarang mengetahui siapa cinta terakhir
kita, karena hanya Allah yang dapat menentukan siapa jodoh dan cinta terakhir
bagi umat-NYA.
Mengingat
kembali tentang kisah cinta pertama kadang membuat kita tersenyum, maupun
menangis. Di usia yang relatif kecil, tetapi berusaha untuk memahami pemikiran
orang yang lebih dewasa. Banyak hal konyol yang mungkin kita lakukan pada saat
merasakan cinta pertama. Mulai dari muka yang bagaikan kepiting rebus saat
melihat si ‘dia’ melintas depan kelas, atau tersenyum malu saat menatapnya yang
sedang bermain bola di lapangan, atau menyembunyikan wajah saat berpapasan di
kantin. Tak lupa juga bagaimana bergembiranya ketika dia mengirimi kita pesan
atau membalas pesan kita untuk pertama kali. Bilangnya sih, dapet nomer kita
dari temen kita, atau temannya yang dekat dengan kita. Awalnya sih modus, mulai
dari nanya pr, tugas, atau bahkan ngomongin guru. Lama-kelamaan, pesan itu
menjadi sebuah pesan yang ditunggu kedatangannya. Tak pernah bosan memang
membalas pesan orang yang kita kagumi, apalagi kemudian pesan yang awalnya
“Besok ada tugas apa aja? Bls ya. Thx.” Atau “Jangan lupa besok ada ulangan mtk
ya temaanJ” berubah menjadi “Kamu lagi apa?
Udah solat dan makan belum?” atau “Kamu jangan lupa belajar buat ulangan besok
yaJ” atau “Yaudah, belajarnya jangan
dipaksain, udah malem. Selamat tidur ya, niteJ” kemudian ‘naik level’ jadi
“Besok, kamu ada acara nggak? Aku mau ketemu, ada yang mau aku omongin.” Dan
pada akhirnya…… “Makasih yaa, kamu udah mau jadi pacar aku:*. Aku sayaaaaaang
banget sama kamu({}):*<3.” Tapi gak sedikit juga orang yang harus berpisah
dengan cinta pertamanya. Baik karena memang hubungan yang harus diakhiri, masih
sama-sama kekanak-kanakkan, atau si ‘dia’ harus pindah sekolah karena ikut
orangtuanya bertugas. Dan tak sedikit pula orang yang tidak dapat menggapai
cinta pertamanya. Walaupun kemudian menemukan cinta yang lainnya, tapi tetap,
bukan cinta pertama.
“Cinta pertama tidak selalu pacar pertama.” Ya, ungkapan itu benar, bukan?.
Kita harus bisa membedakan antara “pacar pertama” dengan “cinta pertama”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar